2 Okt 2011

EKOLOGI UMUM : Hubungan Kolerasi Antara Panjang Dan Berat


Latar Belakang.
            Tahukah kamu apa sebenarnya pertumbuhan dan perkembangan itu? Pertumbuhan pada makhluk hidup ditandai dengan terjadinya pertambahan substansi sel yang menyebabkan perubahan volume dan bentuk sel serta jumlah sel. Pertumbuhan bersifat kuantitatif atau dapat diukur. Perkembangan merupakan terjadinya pendewasaan makhluk hidup yang ditandai dengan adanya kemampuan untuk berkembang biak. Proses perkembangan bersifat kualitatif. Proses pertumbuhan dan perkembangan keduanya bersifat tidak dapat balik (irreversible).
            Setiap organisme di alam akan mengalami perkembangan dan pertumbuhan. Perkembangan meliputi tiga proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan ,  Pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme berbeda-beda. Pertumbuhan yang mengakibatkan pertambahan panjang, lebar, diameter secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat dari organisme itu.
Sedangkan teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain.
            Melalui hal inilah yang menjadi dasar dari adanya percobaan hubungan korelasi antara panjang dan berat dengan menggunakan berbagai macam sampel ini dilakukan.
Tinjauan Pustaka.
Sejak awal tahun 1980-an semakin diakuinya pengaruh keturunan (genetik) terhadap perbedaan individu. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian perilaku genetik yang mendukung, pentingnya pengaruh keturunan menunjukkan tentang pentingnya pengaruh lingkungan. Perilaku yang kompleks yang menarik minat para ahli psikologi (misalnya temperamen, kecerdasan dan kepribadian) mendapat pengaruh yang sama kuatnya baik dari faktor-faktor lingkungan maupun genetik.
Lebih dari seperempat abad yang lalu, tepatnya tahun 1972 di Stockholm, Swedia, diselenggarakan Konferensi PBB yang bertemakan Lingkungan Hidup. Pada kesempatan tersebut disepakati tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Pertanyaan “Pedulikah saya pada lingkungan hidup kita?” adalah sebuah pertanyaan reflektif  yang mengajak kita untuk sejenak merenungkan kehidupan di sekitar kita. Lingkungan hidup adalah “konteks” di mana kita hidup dan bertempat tinggal. Apabila lingkungan hidup tersebut terganggu dan mengalami kerusakan, maka kehidupan dan tempat tinggal kita pun akan terusik.
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan memerlukan kerjasama para ahli lingkungan dari berbagai disiplin ilmu untuk secara bahu-membahu meneliti faktor-faktor yang menghambat maupun mendorong pembinaan dan pengembangan lingkungan di negara kita. Kerjasama ini sekaligus diperlukan untuk membahas permasalahan serta memberikan pengaruhnya kearah pengelolahan lingkungan secara serasi dan terpadu, sesuai dengan kemampuan dan keilmuannya demi keberhasilan pembangunan berkelanjutan.
Masalah lingkungan dapat ditinjau dari aspek medik, planologis, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. Segi-segi hukum pengelolahan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia perlu dikaji secara intensif. Karena pengelolahan lingkungan tidak mungkin tanpa pengaturan hukum. Hal ini tidak berarti bahwa ahli hukum dapat menangani masalah lingkungan terlepas dari disiplin ilmu lain yang berkaitan dengan lingkungan.
Aspek apa sajakah yang mempengaruhi faktor genetik? Menurut Santrok (1992), banyak aspek yang dipengaruhi faktor genetik. Para ahli genetik menaruh minat yang sangat besar untuk mengetahui dengan pasti tentang variasi karakteristik yang dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek-yang paling banyak ditelaah yang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan.
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerja sama dan menghasilkan individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan berat badan, minat yang khas. Karena pengaruh lingkungan bergantung kepada karakteristik genetik, maka dapat dikatakan bahwa antara keduanya terdapat interaksi.
Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran yang meliputi volume, massa, panjang, dan tinggi. Pertumbuhan tidak akan dapat kembali ke bentuk semula sehingga bersifat irreversible. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju dewasa. Indikator perkembangan tidak dapat diukur. Dengan demikian, perkembangan bersifat kualitatif yaitu tidak dapat dinyatakan dengan angka.
Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi dan pertumbuhan. Pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organisme sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraseluler selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti akan diikuti oleh pertambahan berat organisme.
Pada dasarnya pertumbuhan  ada 3 macam yaitu :
a.       Pertumbuhan allometrik :
variasi pertumbuhan relative pada berbagai bagian tubuh yang membantu memberi bentuk organisme.
b.      Pertumbuhan determinan  :
pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh setelah mencapai ukuran tertentu. Ini umumnya merupakan cirri khas dari hewan.
c.       Pertumbuhan intermediet :
Pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup. Ini umumnya merupakan ciri khas dari tumbuhan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup, diantaranya adalah :
A.    Faktor Luar
1.      Air dan Mineral, berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2.      Kelembaban.
3.      Suhu, diantaranya mempengaruhi enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
4.      Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap.
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang penyinaran.
B.     Faktor Dalam
1.      Faktor hereditas.
2.      Faktor hormon.
a.       Auksin.
      Adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa.
- Membantu perkecambahan.
- Dominasi apical.
b.      Gibereline.
Senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium moniliformae,ditemukan oleh F. Kurusawa.
Fungsi giberelin :
-pemanjangan tumbuhan.
-berperan dalam partenokarpi.
c.       Sitokinin.
      Pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini merangsang pertumbuhan sel.
d.      Gas etilen.
      Banyak ditemukan pada buah yang sudah tua.
e.       Asam absiat.
f.       Florigen.
g.      Kalin.
Hormon pertumbuhanorgan, terdiri dari:
-Rhizokalin.
-Kaulokalin.
-Filokalin.
-Antokalin.
h.      Asam traumalain atau cambium luka.
      Merangsang pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka.
Biostatistika didefenisikan sebagai penerapan metode statistika pada pemecahan masalah biologi. Masalah biologi dalam defenisi ini adalah masalah yang timbul baik pada ilmu biologi dasar maupun bidang terapannya, seperti ilmu kesehatan dan ilu pertanian. Boistatistika juga disebut sebagai statistika biologi atau biometri. Terdapat banyak koefisien korelasi dalam statistika dan yang paling umum disebut koefisien korelasi momen hasil kali (product moment correlation coefficient). Simpangan baku dinyatakan dalam ukuran aslinya seperti inci, gram, atau sentimeter kubik (Sokal dan Rohlf. 1991).
Apa itu kolerasi? Pertanyaan ini sering muncul dalam hehidupan kita. Teknik korelasi merupakan teknik analisis yang melihat kecenderungan pola dalam satu variabel berdasarkan kecenderungan pola dalam variabel yang lain. Maksudnya, ketika satu variabel memiliki kecenderungan untuk naik maka kita melihat kecenderungan dalam variabel yang lain apakah juga naik atau turun atau tidak menentu. Jika kecenderungan dalam satu variabel selalu diikuti oleh kecenderungan dalam variabel lain, kita dapat mengatakan bahwa kedua variabel ini memiliki hubungan atau korelasi.
Ketika berbicara mengenai korelasi, biasanya orang (mahasiswa atau peneliti) akan berbicara mengenai korelasi antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran interval bukan kategorik. Sebenarnya pengertian korelasi juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua atau lebih variabel yang memiliki skala pengukuran kategorik.
Metode Percobaan.
III.1 Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah jangka sorong/caliper (0,05 mm), timbangan ohaus (0,01 gram), mistar, dan kalkulator.
III.2 Bahan
            Bahan yang digunakan dalm percobaan ini adalah kantung plastik, kertas grafik, spidol,   biji sirsak (Anona muricata), dan biji akasia (Acacia auriculiformis).
III.3 Cara Kerja
1.         Membagi kertas grafik menjadi 40 bagian berbentuk kotak dengan spidol, dengan membagi panjang 10 bagian dan membagi lebar 4 bagian. Serta memberikan nomor 1 sampai 40 pada kertas grafik tersebut.
2.         Mengambil biji yang tersedia secara acak sebanyak 20 biji dan kemudian meletakkannya pada kotak bernomor yang telah dibuat dari kertas grafik tadi.
3.         Mengukur panjang tiap biji dengan menggunakan jangka sorong dan menulis hasilnya pada kotak di kertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak dimana biji itu diambil kemudian meletakkan kembali biji tersebut dalam kotak semula.
4.         Menimbang satu per satu ke 20 biji yang sudah diketahui panjangnya, dan mencatat beratnya dalam kotak tempat biji tersebut kemudian mengembalikan lagi pada kotaknya semula.
5.         Untuk perhitungan, analisis data dan lain-lain menggunakan data dari dua kelompok dengan perhitungan dari masing-masing kelompok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar