2 Okt 2011

EKOLOGI UMUM : Indeks Keanekaragaman Serangga Di Padang Rumput


Latar Belakang
            Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk dapat menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas, sangat diperlukan pengetahuan / keterampilan dalam melakukan identifikasi hewan. Pada dasarnya, jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah temperate dan daerah yang beriklim dingin. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun, melakukan identifikasi hewan sering membutuhkan waktu yng lama, apalagi bagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman, sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya familia, ordo atau kelas dan hal ini pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman. Mengingat keragaman spesies dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan daerah temperate dan daerah beriklim dingin (Umar, 2009).

Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya (Wikipediaa, 2009).

Hal inilah yang menjadi latar belakang sehingga kami melakukan percobaan mengenai indeks keragaman serangga di padang rumput.
Tinjauan Pustaka
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi (Wikimedia foundation, 2009).
Ekosistem adalah suatu faktor lingkungan yang melibatkan unsur-unsur biotik (makhluk hidup) dan faktor-faktor fisik (kimia, air, tanah) serta kimia (keasaman, salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya. Perpaduan antara tanah dan iklim yang beraneka ragam, letak geografi yang membentang luas serta jenis-jenis makhluk hidup yang sangat bervariasi akan mengakibatkan ekosistem yang terbentuk juga beraneka ragam (Mattimu dan Ferrial, 2009).
Untuk beberapa tujuan yang praktis, ada suatu cara penentuan untuk menduga indeks keanekaragaman suatu habitat/komunitas, tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan. Kemampuan yang diperlukan hanya menyatakan, apakah kedua jenis hewan sama atau tidak/berbeda pada pola urutan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak pada saat pengamatan di laboratorium atau di lapangan secara langsung, Metode itu dikemukakan oleh Kennedy (1977) (Umar, 2009).
Secara umum dapat dikatakan bahwa untuk menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas sangat diperlukan pengetahuan/keterampilan dalam mengidentifikasi hewan. Pada dasarnya, jumlah hewan yang berada di daerah beriklim tropis jauh lebih banyak dibandingkan dengan daerah temperata dan daerah beriklim dingin. Bagi seseorang yang sudah terbiasa pun, melakukan identifikasi hewan sering membutuhkan waktu yang lama, apalagi bagi yang belum terbiasa. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman, sering didasarkan pada kelompok hewan, misalnya familia, ordo, spesies atau kaelas dan hal ini pun dibutuhkan keterampilan dan pengalaman (Umar, 2009).
Sebuah populasi merupakan sebuah antitas yang lebih abstrak dibandingkan dengan suatu organisme atau suatu sel namun populasi memiliki suatu kumpulan karakteristik yang hanya berlaku bagi tingkat organisme biologi tersebut. Kita dapat membayangkan sebuah populasi sebagai individu-individu yang terdiri dari spesies tunggal yang secara bersama-sama menempati suatu luas wilayah yang sama. Pada saat tertentu setiap populasi memiliki batas geografi dan juga ukuran populasi atau jumlah individu yang yang dickupnya. Dan batas suatu populasi merupakan batas alamiah dan juga karakteristik putus setiap populasi adalah kepadatannya dan penyebarannya (Campbell, 2004).
             Perlakuan atau penyebaran populasi adalah gerakan individu-individu atau anak-anaknya ke dalam atau keluar populasi atau daerah populasi. Ada tiga bentuk penyebaran populasi: emigrasi-gerakan keluar satu arah, imigrasi-gerakan ke dalam satu arah, dan migrasi-berangkat (pergi) dan datang (kembali) secara periodik membantu mortalitas dan natalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi (Odum, 1998).
Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas dan emigasi akan menurunkan jumlah jumlah populasi. Populasi hewan dan tumbuhan dapat berubah. Namun perubahan tidak selalu menyolok. Pertumbuhan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya adanya penyakit, bencana alam dan wabah hama (Wikipediab, 2008).
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor yang dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain faktor lainnya, yaitu kelahiran dan kematian. Peninjauan migrasi secara regional sangat penting untuk ditelaah secara khusus mengingat adanya desentralisasi (kepadatan) dan distribusi penduduk yang tidak merata, adanya faktor-faktor pendorong dan penarik bagi orang-orang untuk melakukan migrasi, adanya desentralisasi dalam pembangunan, di lain pihak, komunikasi termasuk transportasi semakin lancer (Munir, 2000)
            Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. Dalam komunitas, semua organisme merupakan bagian dari komunitas dan antara komponennya saling berhubungan melalui keragaman interaksinya (Ahmad, 2008).
Odum (1971), mempertimbangkan aspek keragaman dalam hubungannya dalam aliran energi bagi komunitas secara keseluruhan dalam bentuk aktivitas metabolisme. Energi yang keluar dari suatu sistem melalui aktivitas respirasi suatu organisme atau tumbuhan dan akumulasi energi dalam bentuk biomassa di dalam tumbuhan seterusnya akan ikut berperan dalam kestabilan struktur suatu  komunitas tumbuhan. Di dalam suatu komunitas, perbandingan antara jumlah respirasi komunitas (R) dengan jumlah biomassa komunitas (B) disebut penggantian ekologi (Ecological turnover = R/B). Jadi ET = R/B. Keragaman yang tinggi akan ditemukan dalam komunitas yang mempunyai rantai makanan yang panjang (Umar, 2009).
            Variasi organisme, baik cacah individu maupun jumlah spesies dalam komunitas sangat menentukan karakter dari komunitas tersebut, namun demikian, tidak semua organisme mempunyai kontribusi yang sama terhadap karakter yang dibentuk. Pengaruh organisme dalam pembentukan karakter komunitas ditentukan oleh cacah individu dan jumlah jenis yang secara matematis ditentukan oleh indeks dominansi nisbi. Nilai atau nisbi mempunyai pengertian pengendali atau “penguasaan” spesies terhadap suatu komunitas yang didasarkan  pada cacah individu  spesies tersebut, bukan dari hubungan kekerabatan secara taksonomi. Dengan demikian, boleh jadi spesies tersebut mempunyai sistematika dalam taksonomi yang jauh berbeda, namun dalam komunitas mempunyai sinergitas dalam hubungan fungsi dalam aliran energi atau siklus materi (Dharmawan, 2005).
Hewan dan tumbuhan cenderung menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih baik jika faktor-faktor beragam bila dibandingkan dengan jika faktor-faktor tetap. Faktor-faktor yang dipertimbangkan di sini adalah faktor-faktor udara, tanah, organisme, dan beberapa faktor stabil yang mempengaruhi ekosistem. Organisme lain dan beberapa faktor stabil yang lain adalah kemiringan tanah, arah hadapan, ketinggian, lintang, letak, dan pH. Ini mempengaruhi tanaman dan tumbuhan secara tidak langsung melalui pengaruh tersebut terhadap faktor tanah dan udara (Odum, 1993).
Penyebab atau ancaman pada keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegiatan manusia sebagai berikut (Wordpress, 2008):
a. Perusakan dan Fragmentasi Habitat
Ancaman utama pada keanekaragaman hayati adalah rusak dan hilangnya habitat, dan cara yang paling baik adalah melindungi keanekaragaman hayati dan habitatnya.
b. Introduksi Spesies Eksotik (pendatang) dan Penyebaran Penyakit
            Spesies pendatang banyak yang bertggung jawab atas jumlah kepunahan spesies, khususnya yang berada di pulau-pulau. Dalam suatu ekosistem yang terisolasi, pemangsa, pesaing, atau patogen baru akan dengan cepat membahayakan spesies asi yang tidak dapat berdampingan dengan spesies baru.
c. Eksploitasi Spesies Tumbuhan dan Hewan secara Berlebihan
            Banyak sumber daya hutan, perikanan, dan satwa liar telah dieksploitasi secara berlebihan, kdang-kadang sampai ke titik yang hampir punah.
d. Pencemaran Tanah, Air, dan Udara
            Pencemaran dalam ekosistem dapat mengurangi atau melenyapkan spesies yang peka. Efek terhadap polusi air, tanah, udara dan bahkan iklim global sangat mengkhawatirkan tidak saja sebagai ancaman terhadap keanekaragaman hayati tetapi juga terhadap manusia.
e. Perubahan Iklim Global dan Regional
            Perubahan iklim global ini mempunyai kemampuan secara radikal untuk mengubah komunitas biologi dengan cara menyaring spesies-spesies yang dapat menyesuaikan diri terhadap keadaan yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar