2 Okt 2011

PENGETAHUAN LINGKUNGAN : Prinsip-prinsip Dasar Dalam Ilmu lingkungan

Latar Belakang.
Pada prinsipnya, ilmu lingkungan merupakan ilmu yang mempelajari tentang dasar-dasar yang berkaitan dengan organisme hidup, populasi, komunitas serta ekosistem. Ilmu yang sudah berkembang dan mengeluarkan banyak hasil, model dan teori yang semakin meningkat jumlahnya seperti Pengetahuan Lingkungan ini tentu saja didasari oleh prinsip-prinsip yang kokoh kuat.
Dalam penyajian prinsip dasar ini, akan dilakukan dengan mengemukakan kerangka teorinya terlebih dahulu dan setelah pola pemikiran dan organisasinya dipahami kemudian dikemukakan fakta-fakta yang mendukungnya, prinsip dasar ini sebetulnya merupakan suatu kesatuan. Dalam pembahasan mengenai Pengetahuan Lingkungan, ada banyak prinsip-prinsip yang menjadi dasar .
Setiap organisme pasti memerlukan energi yang tentu sesuai dengan kebutuhan kalori tiap individu tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu prinsip dasar dalam Pengetahuan Lingkungan. Setiap makhluk hidup mempunyai taktik dan strategi cemerlang sesuai kemampuannya untuk hal itu, baik hewan, tumbuhan, maupun mukro organisme.
Namun pada dasarnya tak ada sistem pngubahan energi yang betul-betul cermat. Hal ini juga berbeda dari masing-masing kategori dalam prinsip biologi tergantung dari jenis sumber dasar alam. Keadaan lingkungan yang stabil sepanjang waktu yang lama sekali tidak saja akan melahirkan keanekaragaman hayati yang pada penyebarannya kesatuan populasi yang mempunyai arti tertentu atau khusus.
Permasalahan.
Seperti yang telah di jelaskan pada latar belakang tadi bahwa banyak prinsip-prinsip dasar yang berkaitan sekaligus berperan penting dalam Pengetahuan Lingkungan. Ada beberapa prinsip dasar yang berperan dalam permasalahan ini. Dalam setiap prinsip dasar, masing-masing memuat mengenai ilmu-ilmu tertentu yang membantu organisme dalam perolehan energinya.
Masing-masing prinsip berbeda. Mulai dari prinsip yang menjelaskan mengenai sumber energy pada lingkungan yang berpengaruh kepada makhluk hidup sampai pada prinsip yang memuat tentang derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti mempengaruhi populasi itu.
Prinsip ini juga menjelaskan mengenai keanekaragaman hayati dan sumber daya alam dalam lingkungan, Untuk itu dari makalah ini kami membahas dan memaparkan mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu lingkungan.

ISI
Lebih dari seperempat abad yang lalu, tepatnya tahun 1972 di Stockholm, Swedia, diselenggarakan Konferensi PBB yang bertemakan Lingkungan Hidup. Pada kesempatan tersebut disepakati tanggal 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (www.tajuk.com).
Pertanyaan “Pedulikah saya pada lingkungan hidup kita?” adalah sebuah pertanyaan reflektif yang mengajak kita untuk sejenak merenungkan kehidupan di sekitar kita. Lingkungan hidup adalah “konteks” di mana kita hidup dan bertempat tinggal. Apabila lingkungan hidup tersebut terganggu dan mengalami kerusakan, maka kehidupan dan tempat tinggal kita pun akan terusik (www.gropesh’site.com).
Kini 28 tahun sudah berlalu, namun pada kenyataannya kerusakan lingkungan hidup masih terjadi dimana-mana, termasuk di Indonesia. Yang menonjol adalah gangguan atau kerusakan pada berbagai ekosistem yang menyebabkan komponenkomponen yang menyusun ekosistem, yaitu keanekaragaman varietas (genetic, variety, atau subspecies diversity), keanekaragaman jenis (species diversity) juga ikut terganggu. Akibatnya, terjadilah kepunahan varietas atau jenis hayati yang hidup di dalam ekosistem. Pada akhirnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung, manusia yang sangat tergantung pada kelestarian ekosistem tapi berlaku kurang bijaksana terhadap lingkungannya, akan merasakan berbagai akibatnya (www.tajuk.com).
Jika kerusakan lingkungan hidup berarti sama dengan kerusakan bumi, maka sama artinya dengan ancaman terhadap hidup dan tempat tinggal kita. Dengan kata lain, tugas untuk merawat dan memelihara lingkungan hidup, bumi serta segala isinya adalah tanggung jawab kita semua. Lingkungan hidup bumi serta segala isinya adalah “milik” kita (www.gropesh’site.com).
Prinsip serupa dengan hukum termodinamika dalam fisika, yaitu prinsip yang bertanggung jawab  dalam menerangkan bahwa energi itu dapat berubah dan semua energi yang masuk ke dalam makhluk hidup, populasi atau ekosistem dapat di anggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Dalam hal ini, sistem kehidupan dapat di anggap sebagai pengubah energy (Mattimu dan ferial,2009).
Berbagai makhluk hidup memiliki strategi dalam mempergunakan energi untuk mempertahankan kehidupannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam penggunaan energi tersebut tergantung dari kebutuhannya atau keperluan utama makhluk hidup tersebut. Tapi dibalik semuanya ini, mereka juga memerlukan sumber energi yang berasal dari alam. Semua makhluk hidup, populasi, komunitas dan ekosistem umumnya kurang cermat dalam penggunaan energi. Namun yang penting bagi mereka adalah ketersediaan dari sumber energi yang berasal dari alam untuk mencukupi hingga meningkatkan daya pengubah energy (Mattimu dan ferial,2009).
Materi, energi, ruang, waktu dan keanekaragaman hayati semuanya adalah kategori sumber alam. Pengubahan energi harus berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di alam. Dalam hal ini, ruang sangat penting karena ruang berperan penting dalam kesetimbangan populasi, dan ruang juga dapat memisahkan jasad hidup dari sumber bahan makanan atau dapat dikatakan sebagai isolasi. Sedangkan waktu sebagai sumber alam yang tidak berdiri sendiri, misalnya dalam perpindahan ke tempat yang memiliki sumber daya alam yang di butuhkan dalam pertahanan hidup, mereka harus punya cukup waktu dan cukup energy untuk menempuh jarak antara kedua tempat tersebut (Mattimu dan ferial,2009).
Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaannya sudah cukup tinggi, pengaruh inti kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak ada pengaruh yang menguntungkan lagi. Karena sudah terjadi kejenuhan, bahkan mungkin bisa menjadi racun karena telah melewati batas maksimum (Mattimu dan ferial,2009).
Pengadaan sumber daya alam mempunyai batas optimum, ada dua jenis sumber daya alam dasar, yaitu sumber daya alam yang pengadaannya dapat merangsang penggunaan seterusnya dan ada pula sumber daya alam yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih lanjut. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan daripada saingannya, cenderung berhasil mengalahkan saingannya. Jenis atau spesies yang paling adaptif secermat mungkin menggunakan sumber daya alam yang ada di sekitarnya yang mampu bertahan dan dominan. Ini sesuai dengan teori yang di kemukakan oleh ahli evolusi Darwin dan Wallace (Mattimu dan ferial,2009).
Kemantapan keanekaan hayati suatu komunitas lebih tinggi di alam lingkungan yang terdapat keteraturan yang pasti pada pola factor lingkungan dalam satu periode yang relative lama, artinya keadaan ini mudah diramal. Kondisi lingkungan pada semua habitat dapat terjadi turun naik, fluktuasi perubahan lingkungan ini berbeda-beda dari satu habitat ke habitat lain. Ada keadaan optimum pada factor lingkungan bagi kehidupan suatu jenis spesies, maka penting bagi spesies itu untuk mengetahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan. Kalau factor lingkungan itu berubah sedemikian rupa sampai tak dapat diramal lagi sebelumnya dan akan terjadi pengaruh pengurangan individu, maka keadaan itu akan mengancam spesies yang kurang populasinya (Mattimu dan ferial,2009).
Dalam hal ini, ada dua hal yang paling penting. Yaitu (Mattimu dan ferial,2009):
·         Lingkungan yang stabil secara fisik, terdiri atas banyak spesies dari yang umum hingga yang jarang di jumpai dan dapat melakukan penyesuaian.
·         Lingkungan yang tidak stabil, hanya dihuni oleh spesies yang relative sedikit jumlahnya.
Sebuah lingkungan hidup dapat jenuh atau oleh keanekaan takson, hal ini tergantung pada bagaimana relung dalam lingkungan hidup dapat memisahkan takson tersebut. Sekelompok taksonomi tertentu daripada suatu jasad tersebut ditandai oleh keadaan lingkungannya yang khas. Dengan demikian spesies itu dapat hidup dengan spesies yang lain tanpa persaingan karena masing-masing mempunyai keperluan dan tugas yang berbeda-beda di alam (Mattimu dan ferial,2009).
Keanekaan hayati dari suatu komunitas apa saja sebanding dengan biomassa dibagi produktivitas. Dalam suatu system biologi, pasti ada hubungan antara biomassa - aliran energy – dan keanekaan hayati (Mattimu dan ferial,2009).
Perbandingan antara biomassa dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan waktu pada lingkungannya stabil hingga mencapai sebuah asimptot. Prinsip ini sangat penting sebab berarti system biologi itu menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan kecermatan penggunaan energy dalam lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya keanekaan hayati. Kalau prinsip ini di terapkan pada fenomena kemanusiaan, ialah bahwa kita sudah melanggar prinsip kehidupan kita sehari-hari. Apabila suatu masyarakat berkembang makin maju, memang secara keseluruhan ada penurunan harga energy per unit, produksi kotor nasional (“gross national product”), tetapi pada waktu yang sama produksi kotor nasional perkapita naik dengan sangat cepat, sehingga terdapat peningkatan pengeluaran energi per orang (Mattimu dan ferial,2009).
Ada kalanya sistem yang sudah mantap atau dewasa mengeksploitasi system yang belum mantap. Ini berarti bahwa ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa memindahkan energi, biomassa dan keanekaragaman hayati tingkat organisasi di dekatnya yang belum dewasa dapat berarti bahwa energi, materi dan keanekaragaman hayati mengalir melalui suatu gradasi yang menuju kearah organisasi yang lebih kompleks (Mattimu dan ferial,2009).
Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung kepada kepentingan relatifnya di dalam keadaan suatu lingkungan. Hal ini menjelaskan bagaimana kalau seleksi berlaku, tetapi keanekaan terus-menerus meningkat dalam perjalanan waktu di lingkungan yang sudah stabil, maka dapat diharapkan akan adanya perbaikan yang terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Implikasi yang penting dalam prinsip ini ialah bahwa populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan lingkungan fisiokimiawi dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap (Mattimu dan ferial,2009).
Lingkungan yang secara fisik stabil memungkinkan berlakunya penimbunan keanekaragaman hayati dalam ekosistem yang mantap/dewasa, yang kemudian dapat menggalakkan kestabilan kepada populasi. Hal/prinsip ini dikemukakan oleh Jane Jacobs (1969) seorang arsitektur yang tidak mengetahui dasar-dasar ekologi yang kemudian secara tidak sadar dalam mengembangkan kota-kota besar di Inggris menjadi kawasan industry, akhirnya menyadari pentingnya memperluas ruang lingkup ekologi tumbuhan dan hewan untuk menghindari punahnya makhluk tersebut akibat dari pencemaran lingkungan yang terus terjadi sebagai akibat revolusi industri di Inggris (Mattimu dan ferial,2009).
Lingkungan hidup manusia haruslah tidak begitu tepat sama dengan lingkungan hidup hewan dan tumbuhan. Dalam dunia manusia, kota dengan sedikit industri besar mempunyai kecermatan yang besar sekali dalam penggunaan energi. Dalam dunia hewan dan tumbuhan, kecermatan yang tinggi dalam penggunaan energi itu berhubungan erat dengan kekuatan dan ketidak berbalikkan dan keterancaman oleh perubahan yang katatrofik sifatnya (Mattimu dan ferial,2009).
Derajat pola keteraturan naik-turun populasi bergantung kepada jumlah keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti mempengaruhi populasi itu. Tak adanya keanekaragaman yang tinggi dalam rantai makanan dalam sebuah ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi. Ketidakstabilan atau turun naiknya populasi itu sangat dipengaruhi oleh perpanjangan waktu atau energi suatu sistem. Kesinambungan energi dalam suatu sistem sangat diperlukan dan apabila suatu sumber daya terputus, maka sistem akan berubah atau terputus dan mengakibatkan timbulnya suatu keadaan yang membuat sekelompok populasi jumlahnya meningkat (Mattimu dan ferial,2009).

4 komentar:

  1. Bisa dijelasin nggak tentang "Perbandingan antara biomassa dengan produktivitas (B/P) naik dalam perjalanan waktu pada lingkungannya stabil hingga mencapai sebuah asimptot" itu maksudnya apa ?
    Terima kasih :)

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Asimtot diartikan dengan sebuah garis lurus yang sangat dekat dengan kurva lengkung di titik jauh tak terhingga. Yang disebut asimtot itu bukan grafiknya. Tetapi garis lurus yang tidak pernah tersentuh oleh garik kurva
    jadi intinya.... jika terjadi peningkatan pada penggunaan energy dalam lingkungan fisik yang stabil, maka memungkinkan berkembangnya keanekaan hayati dari lingkungan itu sendiri dan terjadilah asimtot tersebut.. Hhe

    BalasHapus
  4. kuliah dimana.. kurang jelas tidak memberikan makna apapun.

    BalasHapus